RSS

Sang Petualang

Sebagai seorang anak gadis Ratna mempunyai hobby yang unik. Meskipun terlahir sebagai seorang wanita, ia juga mempunyai hobi berpetualang. Dia tidak peduli dengan perawatan, kecantikan dan kesehatannya, yang hanya dia pikirkan bagaimana hatinya selalu senang tanpa beban apapun.
Mulai sejak berumur 4 tahun, Ratna sering memanggil teman-temannya yang bernama Apin, Rivo, Rudy, dan Roby. Mereka adalah sahabatnya sejak kecil dan kebetulan rumah mereka semua berada pada satu komplek yang sama, jadi mudah baginya untuk berkumpul dengan temannya yang juga suka berpetualang.
Ia senang bermain dengan mereka karena mereka semua selalu membuatnya tertawa. Mereka memang punya sifat yang beda-beda. Ada yang pelit dan ada yang egois. Tapi Ia tak pernah mempermasalahkan itu. Walaupun hanya Ia satu-satunya perempuan disana, namun penampilannya seperti anak laki-laki, tomboy banget. Dengan menggunakan celana jeans dan baju superman serta rambut yang berantakan. Lalu mereka berlima pergi dengan memakai sepeda.
Mereka menjelajah seluruh rumbai. Dari rumah sampai ke USA alias Umban Sari Atas. Dengan usia mereka yang belia sungguh berani sekali. Suatu saat mereka melihat pohon buah seri yang sangat besar. Mereka memanjat dan mengambilnya tanpa permisi. Lalu mereka kumpulkan semua hasil panennya kedalam satu plastik. Lalu mereka pergi dan duduk santai dibawah pohon yang rindang dan makan bersama-sama.
Petualangan lainnya, Ratna dan teman-temannya pergi berburu di parit sekitar rumah. Banyak sekali tetangga yang lewat dan mereka menggeleng-gelengkan kepala melihatnya. Lalu, mereka membuat sebuah perlombaan, siapa yang menangkap capung terbanyak akan ditraktir es kiko-kiko. Mereka mendapat banyak capung. Namun, setelah dihitung yang paling banyak hanya Ratna. Entah untuk apa capung itu kami tangkap, yang jelas setelah beberapa jam, satu-satu mereka hampir mati. Dan ratna memilih untuk melepaskannya kembali.
Ratna fikir petualangan yang ia lakukan memang tidak seberapa dan yang dilakukan adalah hal-hal kecil yang menurutnya sangat kurang kerjaan. Namun masa-masa petualangan yang seperti itulah yang selalu ia rindukan. Baginya, masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan, dimana tidak ada beban yang ditanggung. Anak kecil yang hanya mengerti makan dan bermain. Dan saat-saat emas seperti itu Ia merasa sangat dekat sekali dengan keluarga dan teman-temannya.

BIOGRAFI



A beautiful tomboy girl 
I have friend in class, she is name Ratna Sari, she was born Pekanbaru, 23 December 1997. Ratna Sari is child fouth of five siblings, his name Father Marlis and Mother Nerti Herawati. Ayah Ratna adalah seorang supir dan Ibunya sekarang adalah seorang Guru SD. Abang dan Kakak ratna sudah menikah, dan Adeknya yang bungsu masih Sekolah Menengah Pertama.
Pada umur 6 tahun Ratna memulai pendidikan dijenjang SD 030 pekanbaru, yang berada di kota pekanbaru. Ratna selesai pada tahun ajaran 2010-2011 dari jenjang sd dan mendapat kan ijazah. Ratna melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu di SMP, pada jenjang SMP Ratna bersekolah di SMP 29 Rumbai Pekanbaru, yang masih berada di pekanbaru tepatnya berjarak  ±15m dari rumahnya. Di SMP inilah Ratna menimba ilmu selama 3tahun lamanya, Seiring waktu berlalu selama 3tahun Ratna menyelesaikan pendidikan pada tahun 2012-2013 dn Ratna mendapatkan ijazah SMP. Kemudian dilanjtkan kejejang berikutnya yaitu di SMA 3 Negri, yang berada masih di Rumbai Pesisir,Pekanbaru, adalah tempat Ratna mengenakan pakaian putih abu-abu dan menuntut ilmu selama 3 tahun, di SMA ini Ratna dibentuk menjadi seorang siswa didik yang mampu mempelajari semua di bidang IPA dan memiliki beidang professi yang menjadi bekal Ratna nantinya.
Adapun prestasi yang Ratna raih dari SD,SMP,SMA. Di sd Ratna meraih rangking 3 besar berturut turut dari kelas nya sampai tamat. Di SMP Ratna pun juga mendapatkan rangking 5 besar berturut turut sampai kelas 3, dan di SMA Ratna hanya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Saat Ratna menjalani masa sekolahnya, Ratna sering ikut petugas upacara sebagai protocol, Ratna juga sering ikut nari, rebana saat ada acara perpisahan sekolah.
Di waktu kecil Ratna ini orang nya tomboy,suka baju cowok, memakai celana dan tidak suka memakai pakaian cewek. Dulu Ratna suka bermain kelereng,main bola,manjat pohon, dan sering maling buah seri dengan cowok. Ratna waktu kecil juga bisa di bilang bolang bersama temen laki lakinya, tidak suka bermain sama anak perempuan.
Waktu awal masuk Sekolah Dasar ratna pergi ke sekolah memakain celana, dan terus di paksa sama ibu nya untuk memakai rok, dia juga tidak mau,di paksa sama guru nya dia juga tidak respond. Ratna masuk MDA (mengaji) masih memakai celana, masih di paksa sama ibu nya untuk memakai rok, sampai sampai diseret dari rumah ke masjid untuk di paksa pakai rok, dan akhirnya ratna mau memakai rok seperti kawan lainnya.
Beranjak remaja Ratna mulai mengikuti sewajarnya, Ratna juga mau bergaul dan bersahabat sama teman ceweknya. Dari remaja ini ratna mulai proses untuk menjadi anak anak perempuan lainnya. Di remaja ini Ratna masih banyak bermain sama teman teman sebayanya, seperti pergi ke mall, coffe, and shopping. Ratna suka hura hura kesana kesini untuk menghabiskan uang dan waktu kosong nya.




Various Milk Benefit




Apakah anda tahu gambar yang ada di atas? Its true. Itu Adalah gambar susu, semuanya pada tahu kan  manfaat dan khasiat susu, baiklah saya akan memberi sedikit tentang susu, dari segi manfaat nutrisi, dari segi keuskaan susu yang saya suka  dan sekaligus manfaat botol susu.
Susu adalah minuman yang kaya dengan kandungan nutrisi. Susu memiliki banyak khasiat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Susu biasanya di kenal sebagai penguat tulang dan gigi, karena kandungan lasium yang dimilikinya sangat banyak. Tetapi, selain itu sebenarnya ada banyak kandungan nutrisi d, vitamin B12, vitamin B2, asam amino, dan asam pantotenat.
Tentunya kandungan nutrisi ini bermanfaat untuk menunjang kesehatan tubuh kita. Susu juga banyak di gemari semua orang dengan segala macam rasa, rasa coklat,strobery,vanilla,dan banyak bermacam rasa lainnya.
Kemasan susu ini pun juga ada yang dari kotak bubuk,kotak cair, dan botol yang siap saji untuk diminum. Tergantung dari pabriknya yang membuat ketertarikan orang untuk membelinya.
Yap, kalau dari saya sih suka susu botol,karna gampang dibawa kemana saja,bentuk botolnya yang kecil, unik, dan gambar cover botolnya yang lucu dan membuat saya tertarik. Dari keluarga saya, pada umumnya suka susu, tapi beda rasa dan beda kemasannya. Ibu selalu tau minuman kesukaan dari anak anaknya, ibu juga selalu mengingatkan untuk minum susu di pagi hari.
Yaa saya memang dari kecil suka susu, tak di duga dan tak terhitung terlalu banyak nya botol susu yang telah saya bakar dan saya buang dimana pun.
Setiap hari saat saya berangkat ke kampus, saya juga sering melihat sosok ibu ibu membawa pelastik besar, dan berisi segala macam botol yang ia punguti. Saya menyampiri ibu ibu itu untuk bertanya mengapa dia selalu memungut sampah botol dimana saja.  Ternyata botol yang ia pungut sebanyak mungkin itu, bisa menghasilkan duit untuk dijual ke rosokan. Dan saya juga berfikir tentang ibu itu, apakah selama susu botol yang saya minumi dan telah menjadi sampah bisa menghasilkan duit?
Saya berfikir dari pada susu botol itu menjadi sampah dan menjadi sarang penyakit, saya berinisiatif untuk mengumpulkan botol bekas tersebut untuk di jual dan menghasilkan duit. Berfikir terus berfikir, botol susu bekas juga bisa di daur ulang atau diolah menjadi sebuah kerajinan tangan. Seperti ini:

Jadi apapun barang bekas atau barang tidak layak di pakai,jadilah suatu barang itu berharga kembali dan menjadi barang yang mernafaat, itu bisa menjadi motivasi kita untuk menghargai benda apapun.

What is the Literature

Ada banyak pengertian-pengertian tentang sastra. Namun, berhubung aku dikasih tugas oleh my lecture harus mencari ten definitions of literature. So, hanya 10 pengertian dari terbaik yang terbaik yang aku ambil (itu menurutku sih...) dari hasil browsing. Well, let's check it out.....!!!


1.        Henry van Dyke
“Literature consists of those writing which interpret the meanings of nature and life, in words of charm and power, touched with the personality of the author, in artistic forms of permanent interest.”
Reference:http://www.scribd.com/doc/27042357/LITERATURE

2.  Imam Ja’far al-Sadiq (Muslim Scholar and Philosopher)
“Literature is the garment which one puts on what he says or writes so that it may appear more attractive.”

3.        Roman Jakobson (Russian Formalist)
“Literature is organized violence committed on ordinary speech”

4.        Ezra Pound
“Great literature is simply language charged with meaning to the utmost possible degree.”

5.        Salman Rushdie
"Literature is where I go to explore the highest and lowest places in human society and in the human spirit, where I hope to find not absolute truth but the truth of the tale, of the imagination and of the heart."
  
6.        G. K. Chesterton
“Literature is a luxury; fiction is a necessity."

7.         C. S. Lewis
"Literature adds to reality, it does not simply describe it. It enriches the necessary competencies that daily life requires and provides; and in this respect, it irrigates the deserts that our lives have already become."

8.      Henry Miller
“Develop interest in life as you see it; in people, things, literature, music - the world is so rich, simply throbbing with rich treasures, beautiful souls and interesting people. Forget yourself.”

9.        Alfred North Whitehead
"It is in literature that the concrete outlook of humanity receives its expression."

10.    E.M. Forster
"What is wonderful about great literature is that it transforms the man who reads it towards the condition of the man who wrote."

Well, from conlutions above I can get point bahwa "Literature" atau dalam bahasa Indonesia "Sastra" adalah sebuah hasil dari pemikiran, experience.
Well, from definition above I can get point bahwa "Literature" atau dalam bahasa Indonesia "Sastra" adalah sebuah hasil dari pemikiran, experience.

Definition: What is literature? Why do we read it? Why is literature important?
Literature is a term used to describe written and sometimes spoken material. Derived from the Latin litteratura meaning "writing formed with letters," literature most commonly refers to works of the creative imagination, including poetry, drama, fiction, nonfiction, journalism, and in some instances, song. 

Why do we read literature?
Simply put, literature represents the culture and tradition of a language or a people. It's difficult to precisely define, though many have tried, but it's clear that the accepted definition of literature is constantly changing and evolving.

For many, the word literature suggests a higher art form, merely putting words on a page doesn't necessarily mean creating literature. A canon is the accepted body of works for a given author. Some works of literature are considered canonical, that is culturally representative of a particlar genre.

Comment on my friend's blog

Sociology



Dalam Pelajaran Introduction To Linguistics adapun pembagian Aplied Linguistics yaitu: Sociology, Education, Psychology, dll.
Dan saya memilih Sociology, dan sedikit banyak nya akan menjelaskan tentang sociology (sosiolinguistics)

Sosiolinguistik : merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Apa sosiologi dan linguistik itu? Banyak batasan telah dibuat oleh para sosiolog mengenai sosiologi, tetapi intinya bahwa sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosioligi dan linguistik. Dalam istilah linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosio adalah aspek utama dalam penelitian dan merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut. Linguistik dalam hal ini juga berciri sosial sebab bahasa pun berciri sosial, yaitu bahasa dan strukturnya hanya dapat berkembang dalam suatu masyarakat tertentu. Aspek sosial dalam hal ini mempunyai ciri khusus, misalnya ciri sosial yang spesifik dan bunyi bahasa dalam kaitannya dengan fonem, morfem, kata, kata majemuk, dan kalimat.
Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Dari kedua istilah tersebut ada yang menganggap itu sama, tetapi ada juga yang menganggap berbeda. Ada yang mengatakan digunakannya sosiolinguistik karena penelitiannya dimasuki dari bidang linguistik; sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi. Fishman dalam mengkaji masalah ini menggunakan judul Sosiolinguistik (1970), kemudian menggantinya dengan sosiologi bahasa, Sociology of Language (1972). Artikel yang ditulis Fishman dalam Giglioli (ed. 1972:45-58) memang membahas Sosiolinguistik di bawah judul Sosiologi Bahasa. Dikatakannya bahwa “ilmu ini meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial”. J.A. Fishman mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa/dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan, sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial, yang saling bertimbal-balik dengan bahasa/dialek.
Bram & Dickey, (ed. 1986:146) menyatakan bahwa Sosiolinguistik megkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat. Mereka menyatakan pula bahwa sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi.
Sosiolinguistik juga menyangkut individu sebab unsur yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu sebagai makhluk sosial. Hal itu merupakan peluang bagi linguistik yang bersifat sosial untuk melibatkan diri dengan pengaruh masyarakat terhadap bahasa dan pengaruh bahasa pada fungsi dan perkembangan masyarakat sebagai akibat timbal-balik dari unsur-unsur sosial dalam aspek-aspek yang berbeda, yaitu sinkronis, diakronis, prospektif — yang dapat terjadi– dan perbandingan. Hal tersebut memungkinkan sosiolinguistik membentuk landasan teoretis cabang-cabang linguistik seperti: linguistik umum, sosiolinguistik bandingan, antarlinguistik dan sosiolinguistik dalam arti sempit (sosiolinguistik yang konkret) (Deseriev, 1977:341-363).
Sumbangan bidang sosiologi dan linguistik kepada sosiolinguistik tidak sama, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sumbangan unsur-unsur kemasyarakatan untuk landasan sosial dari sosiologi dan linguistik, termasuk seluruh perkembangan dari masyarakat, mencakup kesadaran secara sosial dan individu, mulai dari kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat hingga hasil yang berbeda-beda dari perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

Permasalahan Sosiolinguistik
Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964 telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan isu dalam sosiolinguistik itu adalah (1) identitas sosial dari penutur. (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (lihat Dittmar 1976:128).
Identitas sosial dari penutur antara lain dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tutur. Dengan demikian identitas penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Identitas sosial dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Dengan demikian identitas pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, adik, kakak, paman, dan sebagainya) teman karib, guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan, atau di pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur, misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak keras, di lapangan sepak bola kita boleh berbicara keras-keras, malah di ruang yang bising dengan suara mesin-mesin kita harus berbicara dengan suara keras, sebab kalau tidak keras tentu tidak dapat didengar oleh lawan bicara kita.
Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-pola dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat.
Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Dengan demikian berdasarkan kelas sosialnya itu, dia mempunyai penilaian tersendiri, yang tentunya sama, atau jika berbeda, tidak akan terlalu jauh dari kelas sosialnya, terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang berlangsung.
Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya bahwa sehubungan dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi, entah namanya dialek varietas, atau ragam, mempunyai fungsi sosialnya masing-masing.
Dimensi terakhir, yakni penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat, misalnya, masalah pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa, dan sebagainya
Sudah selayaknya kalau pembicaraan sosiolinguistik membahas ketujuh dimensi penelitian sosiolinguistik tersebut. Dalam buku ini berturut-turut akan dibicarakan masalah komunikasi bahasa, masyarakat tutur, variasi bahasa, bilingualisme dan diglosia, alih kode dan campur kode, interferensi dan integrasi, perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa, sikap dan pemilihan kode bahasa, pengajaran bahasa, diakhiri dengan profil sosiolinguistik di Indonesia.

Relevansi Sosiolinguistik dengan Sosiologi dan Linguistik
Dalam ilmu pengetahuan dewasa ini, terutama di bidang ilmu bahasa terdapat beragam pendapat dalam hubungannya dengan objek linguistik. Beberapa pengarang berbeda pandangan tentang harus dimasukkan dalam disiplin ilmu yang mana sosiolinguistik itu. Perkembangan ilmu bahasa di Rusia, pandangan yang berpengaruh adalah bahwa sosiolinguistik merupakan salah sebuah cabang tersendiri dari ilmu pengetahuan yang interdisipliner.
Dalam ilmu bahasa terdapat ketentuan mengenai objek sosiolinguistik yang berbeda. Pandangan V.M. Zirmunskij (1969:14) menyatakan bahwa penelitian mengenai perbedaan bahasa dari aspek sosial harus didasarkan pada penelitian sinkronis dan diakronis. Menurut pendapat O.S. Achmanova dan A.N. Marcenko (1971:2) “sosiolinguistik adalah bagian dari bahasa yang menyelidiki hubungan kausal antara bahasa dan gejala-gejala dalam kehidupan sosial. L.B. Njikol’skij (1974:63) berpendapat bahwa tugas dan objek penelitian linguistik berada pada cakupan yang luas yang dihubungkan dengan konteks bahasa. Dapat diberikan definisi yang berbeda dari objek sosiolinguistik yang dapat ditemukan dalam khazanah suatu bidang ilmu yang khusus.
Menurut pendapat R. Grosse dan A. Neubert (1970:3-4), hubungan timbal balik antara bahasa dan masyarakat dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu dari aspek sosiolinguistik maupun aspek sosiologi bahasa. Yang pertama termasuk bidang linguistik, sedangkan yang kedua termasuk bidang sosiologi.
Ilmu sosiolinguistik dapat menawarkan banyak hal kepada ilmu sosiologi. beberapa kriteria seperti berikut ini memiliki makna yang penting untuk sosiologi, (1) menurut pandangan B. Russel, bahasa merupakan satu-satunya alat untuk mengenal ilmu pengetahuan, (2) penilaian yang terlalu tinggi tidak dapat diberikan kepada interpretasi data-data bahasa untuk formulasi dan pekembangan teori sosiolinguistik, (3) data-data sosiolinguistik memegang peranan penting dalam cabang-cabang ilmu sosiologi.
Efek timbal-balik antara sosiolinguistik dan linguistik sangat banyak dan mendalam. Hal itu dapat dijelaskan oleh dua ciri sosiolinguistik. Pertama, oleh pengaruh-pengaruh yang khas dari faktor-faktor sosial terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan. Kedua, melalui pengaruh faktor sosial yang khas pada struktur bahasa; tingkatan-tingkatannya; dan dan unsur-unsur dalam struktur bahasa seperti fonologi, morfologi, tingkatan sintaktis, fonem, kata hubungan kata, dan kalimat.  Hubungan timbal balik antara masyarakat, linguistik, dan sosiolinguistik memiliki ciri yang rumit. Hal itu menunjukkan bahwa sosiolinguistik memiliki peranan yang menunjang.

Manfaat Sosiolinguistik
Setiap bidang ilmu tertentu mempunyai kegunaan dalam kehidupan praktis, begitu juga dengan sosiolinguistik. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis banyak sekali, sebab bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu dalam penggunaannya. Sosiolinguistika memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti dirumuskah Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah, “who speak, what language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fishman itu dapat kita jabarkan manfaat atau kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis.
Pertama, pengetahuan sosiolinguistik dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda pula terhadap guru, terhadap teman sekelas, atau terhadap sesama murid yang kelasnya lebih tinggi. Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada di dalam mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan sepak bola.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah, sosiolinguistik juga mempunyai peran yang besar. Kajian bahasa secara internal akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif deskriptif, dalam wujud berbentuk sebuah buku tata bahasa. Kalau kajian secara internal itu dilakukan secara deskriptif, dia akan menghasilkan sebuah tata bahasa deskriptif. Kalau kajian itu dilakukan secara normatif, akan menghasilkan buku tata bahasa normatif. Kedua buku tata bahasa ini mempunyai hasil perian yang berbeda, lalu kalau digunakan dalam penggunaan bahasa, juga akan mempunyai persoalan yang berbeda. Kalau dalam pengajaran digunakan buku tata bahasa deskriptif, maka kesulitannya adalah bahwa ragam bahasa yang harus diajarkan adalah ragam bahasa baku, padahal dalam buku tersebut terekam juga hasil perian ragam nonbaku.
Di negara-negara yang multilingual seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, India, dan Filipina muncul masalah-masalah politis sehubungan dengan pemilihan bahasa untuk keperluan menjalankan administrasi kenegaraan dan pembinaan bangsa. Pemilihan bahasa mana yang harus diambil menjadi bahasa resmi kenegaraan dapat menimbulkan ketegangan politik dan ada kemungkinan berlanjut menjadi bentrok fisik. Indonesia tampaknya dapat menyelesaikan masalah pemilihan bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi itu dengan baik, yakni dengan memilih bahasa Melayu, yang dalam sejarahnya telah menjadi lingua franca dan telah tersebar luas di seluruh nusantara, meskipun jumlah penutur aslinya jauh lebih sedikit daripada penutur bahasa daerah Sunda atau Jawa. Tak ada ketegangan politik dan bentrokan fisik karena semuanya menyadari bahwa bahasa secara sosiolinguistik bahasa Melayu mempunyai peranan yang lebih mungkin sebagai bahasa pergaulan dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa daerah lain, yang meskipun jumlah penuturnya lebih banyak, tetapi luas pemakaiannya terbatas di wilayah masing-masing.