RSS

Phonetic



Phonetic
 Fonetik ialah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi dan bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa(language). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran(parole).

Phonetic adalah ilmu yang membahas bagaimana suatu suara bisa terbentuk menggunakan beberapa bagian tubuh yaitu bibir, gigi, lidah, faring dan paru-paru. Ilmu ini hanya membahas mengenai hubungan antar bagian tubuh yang menghasilkan suara. Untuk pembentukan sebuah bahasa, produksi hingga persepsi suara akan dipelajari di ilmu yang satu ini. Di dalam mempelajari ilmu phonetic, Anda akan mengenal 3 jenis phonetic di antaranya articulatory phonetic yaitu ilmu yang mempelajari jalannya suara terbentuk, auditory phonetic yaitu ilmu yang mempelajari suatu bahasa diterima oleh pendengar dan acoustic phonetic.
Terjadinya Bunyi
Terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru paru. Udara di hisap ke dalam paru paru dan di hembuskan keluar bersama sama waktu sedang bernafas. Udara yang di hembuskan( atau di hisap untuk bagian kecil bunyi bahasa)nitu kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang di lewati di antaranya: batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan,rongga mulut, rongga hidung, atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat di bagi menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya udara, proses fonasi,proses artikulasi, dan proses oro-nasal.
Fungsi dan cara kerja alat bicara
Uraian garis besar perincian fungsi dan cara kerja alat alat bicara yaitu:
1.      Paru paru
Fungsi pokok paru paru adalah untuk pernafasan.
Bernafas pada dasarnya ialah mengalir udara kedalam paru paru,proses ini disebut menarik nafas: mengeluarkan udara yang telah kotor keluar,proses ini disebut menghembuskan nafas.
Selama manusia masih hidup, proses mengembang(pembesaran ruangan paru paru) dan mengempis (pengecilan ruangan paru paru)-nya paru paru yang dikerjakan oleh otot otot paru paru, otot perut, dan rongga dada berjalan terus secara teratur.
Arus udara yang dari paru paru inilah yang menjadi sumber syarat terjadinya bunyi.

2.      Pangkal tenggorokan (Larynx)
Pangkal tenggorok atau laring(larynx) adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.
Fungsi utama pipa suara ini adalah sebagai pintu klep yang mengatur pengawasan arus udara antara paru paru dengan mulut atau hidung.
Dengan peristiwa membukan menutupnya pita suara, makan terbentuklah suatu celah atau ruang di antara sepasang pita suara.
Maka terbentuklah suatu celah atau ruangan di antara sepasang pita suara. Celah itu disebut glotis.
Terjadinya bunyi dan pernafasan maka glotis biasa di bedakan atas empat posisi, yaitu dalam keadaan: terbuka lebar, terbuka, tertutup, dan tertutup rapat. Glotis dalam keadaan terbuka lebar terjadi bila kita bernafas secara normal. Glotis dalam keadaan terbuka dalam menghasilkan bunyi tak bersuara: sedang dalam keadaan tertutup, sehingga memungkinkan arus udara yang mengalir menggetarkan pita suara,pada waktu menghasilkan bunyi suara. Proses menggetarnya pita suara itu snediri di sebut fonasi(phonation).

3.      Rongga kerongkongan(pharynx)
Rongga kerongkongan atau faring(pharynx) ialah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorokan dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah makanan dan minuman. Dalam pemebntukan bunyi bahasa perananya terutama hanyalah sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang di hasilkan oleh faring disebut bunyi faringal.

4.      Langit langit lunak ( soft palate, velum)
Langit langit lunak(velum) beserta bagian ujungnya yang disebut anak tekak(uvula)
Dapat turun naik sedemikian rupa.
Dalam keadaan bernafasa normal maka langit langit lunak beserta ujung anak tekak menurun, sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung.
Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh langit langit lunak ini disebut bunyi velar.

5.      Langi langit keras (hard palate,palatum)
Langit langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan mulai lengit langit melengkung cekung ke atas dan bagian belakang berakhirdengan bagian yang terasa lunak bila di raba. Bunyi yang di hasilkan oleh ujung lidah (apex) disebut apical: dan bunyi yang dihasilkan dengan hambatan tengah lidah(medium) disebut medial. Gabungan yang pertama menjadi palatal, sedangkan gabungan yang kedua menjadi medio-palatal.

6.      Gusi dalam (alveola, alveolum)
Gusi dalam (gusi belakang,ceruk gigi,lengkung gigi,lengkung kaki gigi,lekuk gigi) adalah bagian gusi tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang,terletak tepat di atas serta di belakang gigi yang melengkung ke dalam menghadap lidah. Dalam pembentukan bunyi bahasa gusi ini sebagai articulator pasif, sedangkan articulator aktifnya adalah ujung lidah. Bunyi yang di hasilkan oleh gusi (alveola, alveolum) disebut alveolar.

7.      Gigi(Teeth,Denta)
Gigig terbagi manjadi dua, yaitu gigi bawah dan atas. Walaupun gigi bawah dapat digerakkan kebawah dan keatas namun dalam pembentukan bunyi bahasa tidak banyak berperanan,hanya bersifat membantu saja. Yang berfungsi penuh sebagai articulator atau dasar arti kulasi adalah gigi atas bekerjasama dengan bibir bawah atau ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi(denta) disebut dental. Bunyi yang dihasilkan oleh bibir (labia) disebut labial. Bunyi yang dihasilkan oleh hambatan gigi atas dengan bibir bawah disebut labio-dental,dan yang dihasilkan oleh hambatan gigi atas dengan ujung lidah disebut apiko-dental. Fungsi pokok gigi untuk mengunyah.

8.      Bibir (Lip,Labia)
Bibir terbagi menjadi dua, yaitu bibir bawah dan bibir atas. Fungsi pokok kedua bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut. Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas adalah sebagai articulator pasif bekerja sama dengan bibir bawah sebagai articulator aktifnya. Dapat juga bibir bawah sebagai articulator aktif itu bekerja sama dengan gigi atas, hasilnya ialah bunyi labio-dental.

9.      Lidah
Fungsi pokok lidah adalah sebagai alat persa, dan untuk memindahkan makanan yang atau sedang dikunyah. Dalam pembentukan bunyi bahasa lidah sebagai artikulator aktif empunyai peranan yang amat penting. Lidah dapat dibagi menjaadi lima bagian, yaitu: akar lidah(root), pangkal lidah(dorsum), tengah lidah (medium), daun lidah(lamina), dan ujung lidah (apex). Akar lidah bekerja sama dengan rongga kerongkongan menghasilkan bunyi radiko-faringal.



KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Bunyi-bunyi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1.      Vocal, Konsonan, dan Semi-vokal
Secara umum bunyi bahsa dibedakan atas: vocal,konsonan dan semi-konsonan (cf.jones,1958:12). Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vocal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vocal hanya pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi(verhaar,1977:12). Karena  vocal dihasilkan dengan hambatan pita suara bergetar.
Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan manghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi inidapat disertai dengan bergetarnya pita suara, jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka, maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tidak bersuara.
Bunyi semi-vokal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal atau semi-konsonan. Manum istilah semi-konsonan jarang dipakai. Misalnya, bunyi (w) bilabial, (w)labio-dental),masing-masing tempat artikulasinya adalah bibir atas dengan bibir bawah dan gigi atas dengan bibir bawah. Cara terbentuknya jika dibandingkan dengan vocal (u), sebagai vokal yang dihasilkan dengan posisi bibir tertutup bulat; kedua (w) ini cara tertbentuk terjadi dengan pembentangan serta penutupan sedikit dari posisi bibir yang tertutup bulat itu. Pembentangan bibir itu tidak sampai terbentang lebar sehingga yang terjadi adalah bunyi (i), dan penutupan bibir  itupun tidak sampai tertutup sama sekali sehingga yang terjadi adalah bunyi konsonan, misalnya(p,b,f,v). bunyi (y) medio-palatal tempat artikulasi adalah tengah lidah dengan langit-langit keras. Cara terbentuknya jika dibandingkan dengan vocal(i). tetapi peninggian itu tidak sampai menempel pada langit-langit keras sehingga yang terjadi adalah konsonan.

2.      Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (sengau) dan oral. Pembedaan ini didasarkan pada keluarnya atau disertainya udara melalui rongga hidung. Jika udara keluar atau disertai keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika tidak demikian, karena langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral. Karena itu, maka vocal sering dibedakan menjadi vocal nasal dan vocal oral. Vocal nasal banyak terdapat dalam bahasa aceh dan prancis. Vocal nasal dalam bahsa aceh misalnya; [a,I,u,e,o] (sulaiman 1970:5).  Vocal nasal dalam bahasa prancis misalnya [on,en].

3.      Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes)
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras forti (fortes) dan lunak atau lenis (lenes). Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan(malmberg, 1963:51-52). Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.

4.      Bunyi Panjang dan Pendek
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek (cf.jones, 1958;136). Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan. Vocal dapat dibagi atas vocal panjang dan pendek. Demikian pula konsonannya. Tanda untuk panjang biasanya dengan tanda garis pendek diatas, atau dengan titik dua disebelah kanan bunyi panjang itu.


References:  FONETIK”Marsono” Gadjah Mada University Press
 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

bagus blognya kak,menarik sekali

Nitaprakasiwi mengatakan...

hihihi maciw yah^^

Posting Komentar